Sejarah dan Makna lagu Hymne Guru
Guru adalah figur utama dalam dunia pendidikan. Guru merupakan pekerjaan yang tiada tanda jasa. Kehadiran seorang guru sangat penting bagi siswa. Tanpa adanya guru, kita tidak akan banyak mengetahui tentang ilmu. Guru bukan hanya mengajarkan ilmu dasar saja, tetapi juga sebagai pendidik untuk peserta didik agar menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita menghormati dan menghargai guru. Atas dasar inilah kemudian Sartono menciptakan lagu “Hymne Guru: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” pada awal tahun 1980-an, sebagai upaya untuk menghargai para guru karena dinilai sangat berjasa untuk pendidikan di Indonesia. Seperti dilansir dari buku Kumpulan Lagu Wajib Nasional, Tradisional, & Anak Populer (2017) oleh Hani Widiatmoko, Dicky Maulana, Sartono adalah seorang mantan guru seni musik di sekolah yayasan swasta di Kota Madiun, Jawa Timur.
Pria kelahiran Madiun, 29 Mei 1936 ini mempelajari musik secara otodidak tanpa mengenyam pendidikan soal musik. Akan tetapi, pada tahun 1978, ia adalah satu-satunya guru seni musik di wilayah Madiun yang bisa membaca not balok. Karena keterbatasan alat musik saat itu, lagu Hymne Guru diciptakan dengan bersiul sambil menuliskan nadanya ke dalam kertas. Lagu Hymne Guru umumnya diputar ketika memperingati Hari Guru Nasional setiap tanggal 25 November, yang juga merupakan kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada 25 November 1945.
Makna Lagu Hymne Guru
Lagu “Hymne Guru” menggambarkan pentingnya peran guru dalam mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.
Seorang guru adalah penerang bagi muridnya yang haus akan pengetahuan dan penuh ketidaktahuan, ungkapan ini tertuang dalam lirik “Engkau sebagai pelita dalam kegelapan, engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan, engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa”. Gurulah yang mengantarkan, mengarahkan, dan memberi pandangan sampai kita tahu mau kemana akan melanjutkan perjalanan.
Lirik “Terpujilah, wahai engkau bapak ibu guru” dapat dimaknai sebagai seorang guru tidak hanya sebagai pengantar ilmu pengetahuan saja, melainkan sebagai pendidik bagi murid-muridnya, sehingga mereka dapat berlabuh menjadi pribadi yang bermoral. Selain itu, lagu ini juga mengenang apa yang telah guru kita kenang dalam membantu langkah yang kita ambil, seperti dalam lirik “Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku.” Petuah-petuah yang telah mereka berikan, mampu menuntun kita dalam menggapai bagian-bagian mimpi yang kita miliki.