Garment Apprel

Garment Apprel

“Life is study, if you don’t study you look like not life”

 

TATA BUSANA SMK MANBAUL ULUM CIREBON

 

Dalam dunia kerja dan bisnis industri fashion, Alur Proses Garment adalah salah satu aspek penting dalam proses kelancaran operasional industri tersebut, maka dengan hal tersebut yang melatarbelakangi SMK MANBAUL ULUM CIREBON untuk mempelajari dan mengkaji aktifitas dalam dunia kerja dan bisnis di industri garment agar dapat mencetak generasi SDM yang berkompetensi . Berkaitan dengan perkembangan Ekonomi Dunia dalam ruang lingkup kerja dan bisnis maka kualitas skill dan pengetahuan SDM harus di tingkatkan agar kesetaraan hidup terjalin dengan baik. SMK Manbaul Ulum mengangkat tema Alur Proses Garment sebagai materi bahan ajar di lingkungan sekolah jurusan tatabusana.

Alur Proses Garment adalah materi yang perlu diketahui dan dimengerti bagi pelaku bisnis garment. Dengan mengetahui alur yang benar, akan berimbas pada kinerja dan produktifitas perusahaan. Apalagi di era modernisasi seperti sekarang, selain teknologi sebagai aktor utama, dunia fashion pun tak luput dalam menyumbang hal tersebut.

Dunia Fashion tak henti hentinya membuat terobosan terobosan baru yang membuat pecintanya tak bosan akan kehadirannya. Mulai dari masyarakat pada umumnya bahkan seleb dunia tak ketinggalan selalu mengikuti tren fashion yang sedang berkembang. Dibalik semua itu ada peranan penting dari desainer beserta operator yang menjalankannya.

Untuk skala kecil, orang yang terlibat di dalamnya bisa dihitung dengan jari, akan tetapi kalau sudah mencapai lingkup ekspor impor dengan skala besar membutuhkan tenaga kerja yang banyak pula. Untuk skala rumahan bisa disebut dengan home industri dan untuk skala nasional atau yang lebih besar bisa disebut dengan Garment Manufaktur. Garment Manufaktur adalah sistem manufaktur atau sistem produksi massal terhadap produk garmen ataupakaian. Artinya sudah adanya sistem yang sedemikan rupa yang mengatur mulai dari urusan kepegawaian sampai dengan urusan dengan pemerintah. Karena Garment Manufaktur ruang lingkupnya sudah PT (Perseroan Terbatas), jadi harus ada sistem dan hukum yang menaunginya.

Dalam Garment Manufaktur terdapat aturan aturan yang harus dipenuhi sesuai dengan SOP, baik SOP dari Pemerintah maupun dari Buyer. Di dalamnya juga terdapat teknologi teknologi yang nantinya akan digunakan dalam pemenuhan kegiatan kerja dari Garment Manufaktur tersebut. Teknologi garmen adalah ilmu yang mempelajari tentang teknologi atau teknik-teknik yang digunakan dalam proses pembuatan pakaian. Teknologi ini sangat penting untuk pemenuhan hasil produksi dan kualitasnya. Dengan adanya teknologi yang canggih akan mempercepat pemenuhan hasil produksi.

Menurut data, Bangsa Indonesia telah mulai menerapkan garment manufacturing sistem sejak pertengahan tahun 70-an terutama untuk produk pakaian olah raga (sport wear) dan pakaian dalam (under wear). Semakin lama dunia perindustrian garment di Indonesia semakin maju dengan pesat dan merambah bukan hanya untuk produk sport dan under wear saja, tetapi untuk semua jenis pakaian jadi. Indonesia telah bekerja sama dengan negara negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan dan negara lain dalam mengembangkan bisnis garment tersebut. Adapun tujuan kerja sama ini antara lain untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam bidang garment, tidak hanya skala nasional tapi mencakup skala internasional yaitu ekspor ke berbagai negara di belahan dunia.

Sebelum adanya Garment Manufaktur atau Garment Industri, kita lebih sering mendengar istilah taylor (penjahit) atau konveksi. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan adalah sama, adapun perbedaan Garment Manufaktur dengan Taylor / Konveksi adalah sebagai berikut:

 

 

Pada dasarnya sistem garment yang biasanya digunakan ada 2 jenis, yaitu FOB dan CMPH. kedua system tersebut sudah pernah dibahas dalam artikel sebelumnya. Penulis akan sedikit mereview kembali untuk sekedar mengingatkan, jika kita menggunakan system FOB (First on Board) berarti kita langsung / direct mendapatkan order dari Buyer tanpa perantara dan segala sesuatunya harus dipersiapkan sendiri. Tentunya biaya dan keuntungan juga sepenuhnya ada di penerima FOB atau biasa disebut dengan Vendor (Buyer => Vendor).

Apabila menggunakan sistem CMPH, maka factory hanya menerima order dari Vendor dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya mengenai pembagian biaya dan keuntungan. Artinya, factory hanya memproses dan follow up schedule / T & A (Time & Action) (tanpa harus mengurusi pemesanan material ke supplier) sampai dengan pengiriman saja, dan shipment tersebut juga atas nama Vendor pada umumnya (Buyer => Vendor => Factory). Disini penulis akan memberikan gambaran rule working secara global di Factory, penjelasan singkatnya seperti flow chart di bawah ini:

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa bahan baku utama dalam produksi pakaian jadi adalah fabric. Jadi hal utama yang harus diorder atau dimiliki factory adalah material, material disini cakupannya lebih luas, meliputi fabric, thread, button, zipper, dan komponen yang lainnya. Setelah material datang barulah bisa melakukan proses selanjutnya. Ketika material khususnya fabric datang, dengan segala macam proses di dalamnya (inspeksi dan lain lain), maka barulah fabric tersebut bisa dipotong, akan tetapi sebelum dipotong, fabric tersebut harus di spreading dulu.

Spreading adalah proses penggelaran kain lembar demi lembar / per lembar menjadi tumpukan kain di atas meja / papan yang sudah disediakan untuk dipotong. Fabric yang telah di spreading akan diberi tanda marker sesuai dengan pola yang telah diterima. Marker tersebut sudah disesuaikan dengan jumlah potongan kain yang bisa dihasilkan dalam satu gelaran. Kemudian fabric spreading yang sudah diberi tanda siap dicutting. Cutting adalah proses pemotongan kain mengikuti garis – garis pola (marker) pada kertas marka. Teknik pemotongan disesuaikan dengan fabricnya.

Pemotongan kain harus sesuai dengan pola, jika ada kelebihan atau bahkan kekurangan pada potongan akan mengakibatkan ukuran / spec pada pakaian yang akan dijahit. Spec atau ukuran pakaian tersebut bisa minus kalau pemotongannya kurang dari pola dan itu akan berdampak pada garmen saat final inspection. Dengan spec yang minus tentunya tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh Buyer dan hal ini bisa menjadi issue untuk ke depannya.

Setelah potongan kain siap, maka bagian input sewing akan mengatur potongan tersebut akan dimasukkan ke dalam line yang mana (misalnya ada beberapa line). Untuk factory yang kapasitasnya besar, tentunya akan ada beberapa line dan setiap line kemungkinan akan memproses style yang berbeda beda. Setelah material yang diperlukan siap seperti potongan kain beserta aksesorisnya (dalam sewing), maka potongan tersebut siap disewing. Sewing adalah proses menjahit komponen komponen dan merakitnya hingga menjadi pakaian lengkap. Proses sewing adalah prioritas utama dalam garment manufacture. Karena besarnya biaya produksi sangat bergantung pada proses sewing, semakin lama proses sewing akan menghabiskan biaya produksi yang berlipat.

Setelah proses sewing selesai, proses selanjutnya adalah proses finishing. Finishing adalah proses penyempurnaan pakaian jadi berupa pemasangan aksesoris packing seperti ironing, folding (melipat), tickets (pemasangan price ticket), pemasangan label dan aksesoris tambahan lainnya jika ada. Kemudian setelah proses finishing sudah selesai sesuai dengan ketentuan yang diminta oleh Buyer, proses selanjutnya adalah packaging.

Packaging adalah proses pembungkusan dengan polybag atau blister bag (tergantung SOP masing masing Buyer) dan memasukkan garmen yang sudah dikemas dalam polybag ke carton box yang telah dipesan (sesuai dengan SOP dari Buyer). Masing masing Buyer memiliki aturan tersendiri mengenai polybag dan carton box.

Setelah semua proses produksi selesai mulai dari Cutting sampai dengan Packaging, proses terakhir adalah pengiriman atau shipping. Shipping adalah proses pengapalan / pengiriman barang kepada konsumen / pembeli (ekspor) sesuai dengan tujuannya masing masing. Sebelum proses shipping, pihak factory harus memesan / booking terlebih dahulu kepada forwarder.

Seperti yang telah dibahas dalam artikel sebelumnya, regulasi booking untuk shipping masing masing forwarder bisa berbeda terutama untuk pemesanan By Vessel / Boat dan By Air. Sekedar mereview kembali, untuk booking via Air minimal 3 ~ 7 hari sebelum Hand Over Date / GAC (Good Actual Cargo) dan untuk pemesanan via Boat minimal 7 ~ 30 hari (jika dalam partai besar) sebelum batas waktu pengiriman (Hand Over Date).  Di bawah adalah skema yang lebih detail mengenai alur proses garment yang ada di factory:

 

Mari kita bahas secara singkat alur di atas:

  1. Pattern Making

Poin pertama adalah pattern making process. Pattern Making adalah proses membuat rencana / rancangan bentuk pakaian untuk desain yang baru. Apabila ada repeat order (orderan kembali) maka bisa menggunakan pattern yang lama dengan ketentuan tidak ada perubahan yang signifikan. Dalam point ini, pattern dibuat untuk mempermudah pengaplikasian dalam bentuk pola pakaian nantinya.

  1. Sample Making

Proses selanjutnya adalah Making Sample (pembuatan sample). Making sample adalah proses pembuatan pola sesuai dengan style / desain dan ukuran/work sheet dalam pembuatan sample Test Order Production atau sering dikenal dengan Test Pattern, setelah mereview test pattern tersebut, jika ada revisi pattern kita harus membuat sample sesuai dengan pattern yang telah direvisi kemudian barulah membuat PR Sample / FPP Sample, minimal 2~4 pieces per size (sesuai dengan ketentuan masing masing Buyer), dan hasil sample tersebut di cek oleh merchandiser dan Buyer. Sample yang telah disetujui / approved langsung diproduksi secara massal, tetapi kalau tidak disetujui harus membuat sample lagi sampai di setujui / approved. Karena kualitas dan constraction sample tersebut akan merepresentasikan garmen yang sedang sewing di line nantinya.

  1. Cutting

Setelah sample sudah approved, maka factory baru bisa melanjutkan proses selanjutnya, yaitu cutting. Cutting adalah proses pemotongan kain yang kemudian akan ditransfer ke departemen sewing. Proses Cutting meliputi:

  • Marker adalah proses mengcopy pola dan menandai fabric sesuai dengan kebutuhannya,
  • Spreading adalah proses penggelaran kain lembar demi lembar menjadi tumpukan kain, sesuai dengan kebutuhan,
  • Bundlingadalah proses pemberian tanda pada komponen komponen pola marker yang telah disiapakan untuk di potong, di bawah ini adalah contoh untuk proses bundling dan keterangan keterangan apa saja yang biasa dicantumkan:
  1. Style,

Menunjukkan style / gaya apa yang ada di dalamnya atau sedang diproses, misalnya style 8123

  1. Size / ukuran,

Menunjukkan size atau ukuran yang ada di dalamnya, jangan sampai antar size campur menjadi satu, hal ini akan berakibat pada deadline dan bisa menyebabkan kesalahan di produksi nantinya, misalnya saja size M. Semuanya harus size M dalam satu grup.

  1. Tahapan dan Nomer Bendel,

Hal ini untuk mempermudah dalam pengecekan, tidak ada standard yang menetapkan harus memakai kode apa dalam proses ini, akan tetapi jika melakukan suatu proses lebih baik runtut dan tertib untuk kelancaran proses. Misalnya kita tandai bahwa ini adalah tahapan pertama dari bendelan pertama.

  1. Nomer Seri,

Hal yang sama dengan poin sebelumnya, kerjakanlah suatu proses dengan runtut dan tertib untuk menghindari kebingungan dalam produksi nantinya, misalnya kita tandai dengan no seri antara 1 sampai dengan 100.

  1. Jumlah,

Hal ini cukup riskan di dalam produksi, sering kali ditemukan perbedaan kuantiti antara cutting dan sewing, dikarenakan penulisan jumlah kuantiti yang tidak tepat. Meskipun antar departemen saling merekap surat jalan dalam peredaran barang, akan tetapi perbedaan sangat riskan terjadi. Untuk meminimalkan perbedaan tersebut tulislah dengan benar jumlah kuantitinya, misalnya jumlahnya adalah 100.

  1. Tandai Komponen,

Tentunya masing masing komponen dalam produksi berbeda, pisahkan dan beri tanda untuk masing masing komponen tersebut, misalnya untuk komponen tertentu diberi tanda yang berbeda (Blue) bisa berupa warna ataupun polybag yang berbeda beda untuk menghindari percampuran antar komponen tersebut.

  • Numbering adalah proses pemberian nomor pada bagian komponen komponen pola sesuai dengan urutannya saat penggelaran kain lembar demi lembar menjadi tumpukan banyak, misalnya 100 lembar setiap Berarti pola body depan kiri sebanyak 100 lembar, maka harus di beri nomor dari lembar 1 sampai dengan 100. Ini dilakukan pada setiap komponen dan pemberian numbering ini harus benar, sering kali dalam pengerjaannya ditemukan dengan nomer numbering yang berbeda, hal ini akan berakibat tidak bisanya komponen tersebut dipakai karena terjadi perbedaan warna / shading, tidak set (kehilangan salah satu komponen), bahkan dalam 1 set hanya bagian kanan atau kiri saja. Jadi proses numbering sangat penting sebelum nantinya komponen komponen tersebut disewing.

Baca juga: Faktor Kunci Pembuatan Marker

 

  1. Sewing

Setelah proses cutting selesai, poin selanjutnya adalah sewing. Sewing adalah proses menjahit atau mengabungkan / merakit komponen komponen pakaian yang telah dipotong hingga menjadi pakaian jadi.

Proses yang ada dalam departemen sewing meliputi:

    1. Cek komponen, yaitu proses pengecekan komponen pola yang diterima dari cutting, dan mengecek berapa jumlah komponen sebuah pakaian, jangan sampai ada perbedaan jumlah kuantiti antara cutting dan sewing. Jika ada perbedaan harus dengan segera mengklarifikasinya, karena akan berdampak pada pemenuhan kuantiti ekspor.
    2. Cek Bendel, adalah proses mengecek komponen pakaian, pengecekan harus menyeluruh komponen demi komponen, jangan sampai ada komponen yang tertinggal atau tertukar. Pentingnya proses bundling telah dibahas di atas.
    3. Layout Mesin, yaitu proses menata, mengurutkan, dan setting mesin sesuai dengan urutan proses penjahitan pakaian. Jangan sampai penataan mesin tidak teratur dalam proses sewing, nanti akan berakibat pada proses yang tidak runtut dan berpengaruh pada kecepatan pemenuhan target produksi. Setting mesin sangat penting, karena dalam proses sewing memiliki settingan mesin yang berbeda setiap bagiannya, misalnya untuk proses waist band dan bottom opening memiliki settingan mesin yang berbeda, antara settingan single needle dan three needle juga berbeda.
    4. Trimmingadalah proses pemotongan / penghilangan bagian – bagian yang tidak dikehendaki pada bahan, misalnya pemotongan benang dari sisa – sisa jahitan. Jika masih ada sisa benang yang berserekan dalam garmen, akan mempengaruhi tingkat kerapian dan kualitas garmen tersebut.
    5. QC sewing (QC In & End Line) yaitu proses pengecekan / pengendalian mutu pakaian yang sedang dalam proses dan sudah selesai diproses dalam setiap line dan memastikannya sesuai dengan worksheet (SOP dari Buyer) oleh seseorang yang kompeten dan mempersiapkan garmen tersebut untuk di transfer ke proses finishing.

 

 

 

 

  1. Finishing

Garmen yang sudah selesai dicek oleh seorang QC Sewing (QC In & End Line), akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu proses finishing. Finishing adalah proses penyempurnaan pakaian jadi, tahapan tahapan dalam proses finishing meliputi:

    1. Ironing, yaitu proses untuk merapikan pakaian dengan penyetrikaan, setelah garmen di iron akan dichecking lagi oleh QC Finishing (sebelum masuk area packing).
    2. QC Finishing, adalah proses pengecekan kembali pakaian yang sudah lengkap dengan aksesoriesnya sebelum ditransfer ke packing. Peran QC Finishing ada 2, yaitu setelah iron dan sebelum packing.
    3. Folding, adalah proses melipat pakaian sesuai dengan permintaan dari Buyer sebelum dikemas dalam polybag dan masuk ke dalam carton box. (Mengenai pemasangan aksesories finishing setiap factory mempunyai prosedur yang berbeda beda, akan tetapi penulis akan mencantumkannya dalam proses folding sesuai dengan pengalaman penulis ) sebelum dikemas dalam polybag terlebih dahulu perlu memasangkan aksesories seperti hang tag / price ticket, size sticker, size strip dan aksesories lainnya sesuai worksheet dari Buyer.
    4. Packing, yaitu proses mengemas pakaian dalam polybag (jika diperlukan adanya tambahan hanger maka harus ditambahkan), dan memasukkannya dalam carton box sesuai dengan regulasi masing masing Buyer dan garmen siap untuk dikirim.

Dengan memahami alur proses produksi dengan benar, maka seorang planning production dan factory manager akan lebih mudah dalam proses perencanaan produksi. Sangat penting dipahami untuk keefektifan dalam proses produksi dan memperkirakan waktu dengan benar untuk pemenuhan kuantiti ekspor. Kerja sama dan kooperatif antar departemen sangat menentukan keberhasilan dalam menyelesaikan orderan, dengan kepemimpinan yang tepat akan bisa mewujudkan kerja sama tim yang baik dan solid. Demikianlah materi yang dapat penulis sampaikan, bagi teman teman yang ingin mendirikan pabrik garment sendiri semoga artikel ini bermanfaat.

 

 

 

 

 

 

Sumber : https://welcomesubarashii.my.id/2018/12/alur-proses-garment.html

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like